Kerajaan Pelalawan
Sultan Mahmud Syah II yang mangkat dibunuh oleh Laksemana Megat Sri Rama tidak berputera, maka penggantinya diangkat Bendahara Tun Habib menjadi Raja Johor yang bergelar Sultan Abdul Jalil Riayat Syah. Tak lama datang Raja Kecil Siak menuntut Tahta Johor, karena beliau mengaku sebagai putera Sultan Mahmud Syah II dengan istrinya yang bernama Encik Pong.
(Catatan silsilah raja-raja Siak menyebutkan bahwa ketika Sultan Mahmud Syah II mangkat, Raja Kecil masih dalam kandungan bundanya, yang sengaja diungsikan keluar dari Johor. Dalam pelarian itulah beliau lahir, kemudian dibawa ke Jambi dan dibawa ke Pagarruyung. Disanalah beliau dididik dan dibesarkan, sampai beliau turun kembali ke Johor melalui Sungai Siak untuk mengambil tahta Johor yang sudah diduduki oleh Sultan Abdul Jalil Riayat Syah itu.
Mengenai Raja Kecil ini terdapat berbagai versi, ada yang mengakuinya sebagai putera Sultan Mahmud dan ada yang menolaknya. Tetapi para pencatat sejarah dan silsilah dikerajaan Siak dan Pelalawan tetap mengakui bahwa beliau adalah putera Sultan Mahmud Syah II).
Raja kecil menduduki tahta Johor bergelar Sultan Abdul Jalil Rahmad Syah. Tetapi kemudian terjadi pula pertikaian dengan iparnya, Raja Sulaiman, putera Sultan Abdul Jalil Riayat Syah. Pertikaian itu terus berlanjut dengan peperangan berkepanjangan. Raja Sulaiman akhirnya berhasil menduduki tahta Johor, dan bergelar Sultan Sulaiman Badrul Alam Syah dengan bantuan lima orang putera bangsawan Bugis (1722-1760).
Sedangkan Raja Kecil yang menduduki tahta Johor sebelumnya (1717-1722 M) mengundurkan dirinya ke Siak, kemudian membuat negeri di Buantan. Inilah awal berdirinya kerajaan Siak Sri Indrapura. Raja Kecil memerintah Siak sejak 1722-1746 M. Sehingga di pantai timur Sumatra (Riau) wujud 2 kerajaan iaitu Siak dan Pelalawan.
Pelalawan melepaskan diri dari Johor…tetapi Siak pula mencengkeram
Berlangsungnya kerusuhan di Johor itu menyebabkan Pelalawan melepaskan dirinya dari ikatan Johor, apalagi berita yang sampai ke Pelalawan mengatakan, yang memerintah di Kerajaan Johor sekarang bukan lagi keturunan Sultan Alaudin Riayat Syah, yang dulunya menjadi raja Pekantua Kampar.
Pada masa Sultan Syarif Ali berkuasa di Siak (1784-1811 M), beliau menuntut agar Kerajaan Pelalawan mengakui Kerajaan Siak sebagai yang "Dipertuan", karena beliau adalah pewaris Raja Kecil, putera Sultan Mahmud Syah II Johor. Pelalawan yang diperintah Maharaja Lela menolaknya. Maka pada tahun 1797 dan 1798, kerajaan Siak menyerang kerajaan Pelalawan.
Serangan pertama yang dipimpin oleh Said Syahabuddin dapat dipatahkan kerajaan Pelalawan, namun serangan berikutnya yang dipimpin oleh Said Abdurrahman, adik Sultan Syarif Ali dapat menaklukan kerajaan Pelalawan. Sultan Said Abdurrahman melakukan ikatan persaudaraan yang disebut "Begito" (pengakuan bersaudara dunia akhirat) dengan Maharaja Lela II, raja Pelalawan yang dikalahkannya, karena merasa sama-sama keturunan Johor, kemudian mengangkatnya menjadi Orang Besar Kerajaan Pelalawan dengan gelar Datuk Engku Raja Lela Putera.
Said Abdurrahman kemudian dinobatkan menjadi Raja Pelalawan dengan gelar Syarif Abdurrahman Fakhruddin (1798-1822 M). Sejak itu kerajaan Pelalawan diperintah oleh raja-raja keturunan Said Abdurrahman, saudara kandung Syarif Ali, Sultan Siak, sampai kepada raja Pelalawan terakhir, raja-raja itu adalah: Syarif Abdurrahman (1798 - 1822 M) ; Syarif Hasyim (1822 - 1828 M); Syarif Ismail (1828 - 1844 M); Syarif Hamid (1844 - 1866 M); Syarif Ja'afar (1866 - 1872 M); Syarif Abubakar (1872 - 1886 M) ; Tengku Sontol Said Ali (1886 - 1892 M) ; Syarif Hasyim II (1892 - 1930 M); Tengku Said Osman (Pemangku Sultan) (1892 - 1930 M); Syarif Harun (Tengku Said Harun) (1941- 1946M)
Pelalawan Hari ini…
Sebagai bahagian taklukan Siak, Pemerintahan kecil ini sempat diberi wewenang mengatur dan mengurus rumah tangga sendiri melalui perjanjian lange verlaring saat penjajahan Belanda. Selepas kemerdekaanIndonesia, ia masuk wilayah Kampar di Provinsi Riau. Tetapi, sejak 12 Oktober 1999, Kabupaten Pelalawan resmi berdiri, memisahkan diri dari Kampar.
Pelalawan berjiran dengan Siak di utara, Kampar di barat, Kuantan, Inderagiri Hulu, Inderagiri Hilir di Selatan dan Kepulauan Karimun di timur. Pusat pemerintahannya ada di Pengkalan Kerinci.
Ia mulai dikenal orang ketika PT Riau Andalan Pulp and Paper (RAPP) didirikan tahun 1992. Pabrik ini memiliki kapasitas produksi pulp terbesar di Asia Tenggara, yaitu 2 juta ton per tahun. Sementara produk kertas 450.000 ton per tahun.
Selain itu, Aliran sungai Kampar juga berkuala di Pelalawan ini dimana fenomena alam yang datang sebelum pasang yang disebut ‘BONO’ terjadi. Air laut mengalir masuk dan bertemu dengan air sungai Kampar sehingga terjadi gelombang dengan kecepatan yang cukup tinggi, dan menghasilkan suara seperti suara guntur dan suara angin kencang. Pada musim pasang tinggi, gelombang sungai Kampar bisa mencapai 4-6 meter, membentang dari tepi ke tepi menutupi keseluruhan badan sungai. Peristiwa ini terjadi setiap hari, siang maupun malam hari. Hal yang menarik turis ke objek wisata ini adalah kegiatan berenang, memancing, naik sampan, dan kegiatan rekreasi air lainnya.
Taman Nasional Kerumutan juga terletak di Pelalawan, dengan luas hutan mencapai 93.222,20 hektare hutan liar yang dihuni oleh beberapa hewan dan pohon yang dilindungi seperti: timber (shorea ASP), punak (tetrameriotaglabra miq), Nipa Palm (Nypa Fruticons), Harimau Sumatera (Panthera Tigris Sumatraensis), Macan Tutul (Neovelis Nebulosa), Ikan Arwana (Scheropoges Formasus), Itik Liar (Cairina Scutalata), dan lain-lain
Sumber : http://pikmriau.com/index.php/kesultanan-melayu/silsilah-melayu/11-kerajaan-pelalawan
(Catatan silsilah raja-raja Siak menyebutkan bahwa ketika Sultan Mahmud Syah II mangkat, Raja Kecil masih dalam kandungan bundanya, yang sengaja diungsikan keluar dari Johor. Dalam pelarian itulah beliau lahir, kemudian dibawa ke Jambi dan dibawa ke Pagarruyung. Disanalah beliau dididik dan dibesarkan, sampai beliau turun kembali ke Johor melalui Sungai Siak untuk mengambil tahta Johor yang sudah diduduki oleh Sultan Abdul Jalil Riayat Syah itu.
Mengenai Raja Kecil ini terdapat berbagai versi, ada yang mengakuinya sebagai putera Sultan Mahmud dan ada yang menolaknya. Tetapi para pencatat sejarah dan silsilah dikerajaan Siak dan Pelalawan tetap mengakui bahwa beliau adalah putera Sultan Mahmud Syah II).
Raja kecil menduduki tahta Johor bergelar Sultan Abdul Jalil Rahmad Syah. Tetapi kemudian terjadi pula pertikaian dengan iparnya, Raja Sulaiman, putera Sultan Abdul Jalil Riayat Syah. Pertikaian itu terus berlanjut dengan peperangan berkepanjangan. Raja Sulaiman akhirnya berhasil menduduki tahta Johor, dan bergelar Sultan Sulaiman Badrul Alam Syah dengan bantuan lima orang putera bangsawan Bugis (1722-1760).
Sedangkan Raja Kecil yang menduduki tahta Johor sebelumnya (1717-1722 M) mengundurkan dirinya ke Siak, kemudian membuat negeri di Buantan. Inilah awal berdirinya kerajaan Siak Sri Indrapura. Raja Kecil memerintah Siak sejak 1722-1746 M. Sehingga di pantai timur Sumatra (Riau) wujud 2 kerajaan iaitu Siak dan Pelalawan.
Pelalawan melepaskan diri dari Johor…tetapi Siak pula mencengkeram
Berlangsungnya kerusuhan di Johor itu menyebabkan Pelalawan melepaskan dirinya dari ikatan Johor, apalagi berita yang sampai ke Pelalawan mengatakan, yang memerintah di Kerajaan Johor sekarang bukan lagi keturunan Sultan Alaudin Riayat Syah, yang dulunya menjadi raja Pekantua Kampar.
Pada masa Sultan Syarif Ali berkuasa di Siak (1784-1811 M), beliau menuntut agar Kerajaan Pelalawan mengakui Kerajaan Siak sebagai yang "Dipertuan", karena beliau adalah pewaris Raja Kecil, putera Sultan Mahmud Syah II Johor. Pelalawan yang diperintah Maharaja Lela menolaknya. Maka pada tahun 1797 dan 1798, kerajaan Siak menyerang kerajaan Pelalawan.
Serangan pertama yang dipimpin oleh Said Syahabuddin dapat dipatahkan kerajaan Pelalawan, namun serangan berikutnya yang dipimpin oleh Said Abdurrahman, adik Sultan Syarif Ali dapat menaklukan kerajaan Pelalawan. Sultan Said Abdurrahman melakukan ikatan persaudaraan yang disebut "Begito" (pengakuan bersaudara dunia akhirat) dengan Maharaja Lela II, raja Pelalawan yang dikalahkannya, karena merasa sama-sama keturunan Johor, kemudian mengangkatnya menjadi Orang Besar Kerajaan Pelalawan dengan gelar Datuk Engku Raja Lela Putera.
Said Abdurrahman kemudian dinobatkan menjadi Raja Pelalawan dengan gelar Syarif Abdurrahman Fakhruddin (1798-1822 M). Sejak itu kerajaan Pelalawan diperintah oleh raja-raja keturunan Said Abdurrahman, saudara kandung Syarif Ali, Sultan Siak, sampai kepada raja Pelalawan terakhir, raja-raja itu adalah: Syarif Abdurrahman (1798 - 1822 M) ; Syarif Hasyim (1822 - 1828 M); Syarif Ismail (1828 - 1844 M); Syarif Hamid (1844 - 1866 M); Syarif Ja'afar (1866 - 1872 M); Syarif Abubakar (1872 - 1886 M) ; Tengku Sontol Said Ali (1886 - 1892 M) ; Syarif Hasyim II (1892 - 1930 M); Tengku Said Osman (Pemangku Sultan) (1892 - 1930 M); Syarif Harun (Tengku Said Harun) (1941- 1946M)
Pelalawan Hari ini…
Sebagai bahagian taklukan Siak, Pemerintahan kecil ini sempat diberi wewenang mengatur dan mengurus rumah tangga sendiri melalui perjanjian lange verlaring saat penjajahan Belanda. Selepas kemerdekaanIndonesia, ia masuk wilayah Kampar di Provinsi Riau. Tetapi, sejak 12 Oktober 1999, Kabupaten Pelalawan resmi berdiri, memisahkan diri dari Kampar.
Pelalawan berjiran dengan Siak di utara, Kampar di barat, Kuantan, Inderagiri Hulu, Inderagiri Hilir di Selatan dan Kepulauan Karimun di timur. Pusat pemerintahannya ada di Pengkalan Kerinci.
Ia mulai dikenal orang ketika PT Riau Andalan Pulp and Paper (RAPP) didirikan tahun 1992. Pabrik ini memiliki kapasitas produksi pulp terbesar di Asia Tenggara, yaitu 2 juta ton per tahun. Sementara produk kertas 450.000 ton per tahun.
Selain itu, Aliran sungai Kampar juga berkuala di Pelalawan ini dimana fenomena alam yang datang sebelum pasang yang disebut ‘BONO’ terjadi. Air laut mengalir masuk dan bertemu dengan air sungai Kampar sehingga terjadi gelombang dengan kecepatan yang cukup tinggi, dan menghasilkan suara seperti suara guntur dan suara angin kencang. Pada musim pasang tinggi, gelombang sungai Kampar bisa mencapai 4-6 meter, membentang dari tepi ke tepi menutupi keseluruhan badan sungai. Peristiwa ini terjadi setiap hari, siang maupun malam hari. Hal yang menarik turis ke objek wisata ini adalah kegiatan berenang, memancing, naik sampan, dan kegiatan rekreasi air lainnya.
Taman Nasional Kerumutan juga terletak di Pelalawan, dengan luas hutan mencapai 93.222,20 hektare hutan liar yang dihuni oleh beberapa hewan dan pohon yang dilindungi seperti: timber (shorea ASP), punak (tetrameriotaglabra miq), Nipa Palm (Nypa Fruticons), Harimau Sumatera (Panthera Tigris Sumatraensis), Macan Tutul (Neovelis Nebulosa), Ikan Arwana (Scheropoges Formasus), Itik Liar (Cairina Scutalata), dan lain-lain
Sumber : http://pikmriau.com/index.php/kesultanan-melayu/silsilah-melayu/11-kerajaan-pelalawan
No comments:
Post a Comment